JAKARTA - Chairman Samsung Electronics Lee Kun-hee dikabarkan mengalami sakit yang berkepanjangan. Namun bagaimana bila terjadi hal yang terburuk?
Seorang Blogger bernama John Yoo menulis mengenai proyeksi keadaan tersebut dan diunggah pada akun Twitter-nya. Tulisan itu pun menjadi polemik di jagat media sosial.
Baca juga: Samsung Display Siap Investasi Rp153,3 Triliun, untuk Apa Saja?
Dia mengatakan bahwa bila CEO Samsung wafat, Korea Selatan harus berpura-pura dia tetap hidup. "Karena jika dia wafat, negara itu mungkin akan mengalami spiral kematian ekonomi," ujarnya dalam akun Twitter-nya seperti dikutip, Kamis (9/1/2020).
Dirinya mengatakan, Samsung biasanya menyumbang 20% dari ekspor seluruh negara Korea Selatan. Sebagai satu kelompok usaha, Samsung merupakan konglomerasi dengan pangsa pasar yang besar atau mengendalikan dalam bidang teknologi, konstruksi, keuangan & asuransi, perhotelan, keamanan, perjalanan, makanan, ritel. Bahkan jaringan usahanya mampu memberikan kontribusi 12% kepada PDB.
Baca juga: Samsung Minta Maaf Karyawannya Idap Penyakit Leukemia hingga Tumor Otak
"Itu hanya kepentingan bisnis yang kita ketahui secara publik. Ya, hampir USD1 di setiap USD5 di negara yang didatangkan dari luar negeri, adalah oleh Samsung," ujarnya.
Dirinya menjelaskan, jika seseorang tinggal di Korea, maka akan tahu bahwa perusahaan yang lebih kecil didirikan secara khusus oleh pengusaha untuk memasok Samsung. Mereka adalah pemilik bisnis "independen" yang memiliki risiko atau biaya sangat tinggi atau margin sangat tipis.
Baca juga: Bos Samsung Jadi Tersangka Pengemplang Pajak Rp80 Miliar
"Sehingga konglomerat seperti Samsung tidak dapat dianggap melakukan sendiri," ujarnya.
Sementara itu memasuki dunia perpajakan di Korsel, lanjutnya, berlaku pajak warisan 50% untuk aset di atas USD2,5 juta. "Ketika Lee Gunhee meninggal, keluarganya akan berutang USD7 miliar kepada pemerintah," ujarnya.