NEW YORK - Saham berjangka AS merosot pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), setelah Washington dan Beijing memberlakukan tarif impor baru atas barang satu sama lain. Sementara Argentina memberlakukan kontrol modal dan memberikan sorotan baru pada risiko emerging-market.
Amerika Serikat mengenakan tarif 15 persen untuk berbagai barang China dan China mulai mengenakan bea baru pada daftar target senilai 75 miliar dolar AS barang Amerika. Presiden AS Donald Trump mengatakan kedua belah pihak masih akan bertemu untuk pembicaraan akhir bulan ini.
Baca juga: Investor Pantau Data Ekonomi AS, Wall Street Bervariasi
Mengutip antaranews, Jakarta, Selasa (3/9/2019), Wall Street ditutup untuk liburan Hari Buruh pada Senin (2/9/2019), tetapi kontrak berjangka terkait dengan indeks-indeks utama diperdagangkan dan berakhir lebih rendah.
Kontrak berjangka E-mini untuk S&P 500 AS turun sebanyak 1,2 persen pada awal perdagangan dan terakhir turun 0,9 persen. Sementara itu, Indeks MSCI seluruh negara di dunia, yang melacak saham di 47 negara, turun 0,1 persen.
Baca juga: Perang Dagang Mereda, Wall Street Tancap Gas
"Prospek utama untuk sengketa perdagangan telah menjadi lebih sulit untuk diprediksi dengan kepercayaan," kata Mark Haefele, kepala investasi di UBS Global Wealth Management. "Karena ketegangan perdagangan telah menjadi kekuatan penggerak utama untuk saham-saham, bahkan lebih besar dari kebijakan moneter, kami menyarankan agar tidak menambah eksposur ekuitas secara signifikan -- terutama bagi mereka yang memiliki alokasi strategis memadai."