JAKARTA - Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso menyatakan, eskalasi perang dagang yang masih berlanjut antara Amerika Serikat dan China perlu diantisipasi oleh pasar modal Indonesia. Meski, menurutnya kinerja pasar modal saat ini menunjukkan hal yang positif.
Baca Juga: Panasnya Perang Dagang, Menkeu: Indonesia Butuh Kemandirian Ekonomi
Terlihat dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang ditutup menguat 1,41% (year to date/ytd) pada pekan kemarin, serta rata-rata imbal hasil (yield) SBN masih mengalami penurunan 69 basis poin (bps).
"Namun jangan terlena karena kondisi perekonomian global diperkirakan belum membaik, tensi trade war antara Amerika dan Tiongkok diperkirakan masih berlanjut dan bahkan sudah mengarah ke currency war," ujarnya dalam acara Memperingati Hari Ulang Tahun Pasar Modal ke-42 di Gedung BEI, Jakarta, Senin (12/8/2019).
Baca Juga: Goldman Sachs Sebut Perang Dagang AS-China Menuju Resesi
Dia menjelaskan, kondisi perang dagang membuat terjadinya perlambatan pertumbuhan ekonomi global, Dana Moneter Internasional (IMF) bahkan menurunkan proyeksinya dari 3,3% menjadi 3,2% dalam laporannya di Juli 2019. Selain itu, juga memberikan tekanan pada perdagangan internasional.
Hal tersebut membuat sejumlah bank sentral di berbagai negara merespons dengan pelonggaran kebijakan moneter guna mendorong perekonomian. Seperti yang dilakukan India dengan menurunkan suku bunga 35 bps dan Bank Indonesia (BI) yang memangkas 25 bps.
"Hal ini mengindikasikan tantangan dari perlambatan ekonomi global ini masih akan mewarnai perkembangan ekonomi domestik dan juga tentunya kinerja pasar modal kita ke depan. Untuk itu, kita semua harus merespons dinamika ini dengan cepat dan tepat," ungkapnya.