JAKARTA - Perusahaan konstruksi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) disebut-sebut memiliki utang yang membengkak selama lima tahun belakangan ini. Hal tersebut menyusul pembangunan infrastruktur yang masif oleh pemerintah dalam lima tahun belakangan ini.
Menanggapi hal tersebut, Direktur Utama PT Wijaya Karya (Wika) Tumiyana mengatakan, utang yang terus bertambah merupakan salah satu bukti perusahaan itu sedang tumbuh. Karena dengan utang artinya perusahaan tersebut masih produktif karena banyak pekerjaan yang digarap.
Baca juga: Laba Wika Naik 60% Berkat Kontrak Baru Senilai RP15,23 Triliun di Semester I
“Kalau enggak naik (utangnya) enggak usah kerja, mending di rumah tidur. Selama itu tumbuh dan kaidah keuangan dipenuhi,” ujarnya si Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Rabu (6/8/2019).
Menurut Tumiyana, tidak masalah sebuah perusahaan untuk berutang. Apalagi, utang yang ditarik untuk sektor produktif yakni pembangunan infrastruktur.
Baca juga: Wika Incar 1 dari 6 Proyek Tol yang Dilelang
Sebab menurut Tumiyana, nantinya perseroan akan mendapatkan ritern dari infrastruktur yang dibangun tersebut. Sebagai contoh membangun jalan tol, meskipun harus berutang nantinya perusahaan akan mendapatkan untung dari pengoperasian jalan tol tersebut.
Lagi pula, dalam berutang perseroan akan tetap memperhatikan rasionya. Jika dianggap berbahaya maka perseroan tidak akan mengambil utang.
Baca juga: Naik 60,48%, Laba Bersih Wijaya Karya Capai Rp1,01 Triliun
“Jadi kalau ada orang ngomong perusahaan konstruksi kebanyakan utang itu saya luruskan. Namanya perusahaan tumbuh itu debt. Tapi rasionya terkontrol enggak,” jelasnya